MATERI VERTICAL RESCUE

VERTICAL RESCUE

A.    Pengertian
Penyelamatan vertikal atau yang lebih dikenal dengan vertical rescue adalah teknik evakuasi (memindahkan ke lokasi yang lebih aman) obyek (baik barang maupun manusia/korban) dari titik rendah ke titik yang lebih tinggi ataupun sebaliknya, pada medan yang curam/vertical baik kering maupun basah. Vertical rescue merupakan salah satu bentuk kegiatan teknis penyelamatan korban yang paling berbahaya. Tingkatan pelatihan, kerjasama tim dan komitmen individu merupakan hal yang terpenting yang diperlukan untuk pemulihan korban yang terjebak dalam lingkungan vertikal. Faktor-faktor utama yang terlibat dalam penyelamatan vertikal :
1.      Bakat dan mobilitas
2.      Pelatihan dan pengalaman
3.      Peralatan memadai
4.      Disiplin dan kerja sama tim
5.      Pendekatan dan taktik

B.     Peralatan Vertical Rescue
Berikut ini peralatan individu yang diperlukan seseorang dalam melakukan vertical rescue :
1.      Safety helmet.
2.      Safety Glasses.
3.      Gloves.
4.      Sepatu.
5.      Pakaian.
6.      Harness.
7.      Whitsel/pluit.
8.      Rescue Rope
9.      Self rescue equipment ascending dan descending.
10.  Kotak pertolongan pertama.
            Selain peralatan individu, terdapat pula jenis peralatan yang digunakan saat proses evakuasi / vertical rescue.
1.      Harness
Harness berfungsi sebagai dudukan/tambatan tubuh, atau alat yang digunakan sebagai pendukung keselamatan saat bekerja/beraktifitas di ketinggian. Secara umum harness dibedakan berdasarkan bentuknya antara lain :
a.       Sit harness
b.      Full body harness
c.       Chest harness (Harness Dada).
2.      Carabiner
Carabiner / cincin kait adalah metal pengunci yang berfungsi sebagai penghubung antar peralatan. Bentuknya oval, delta, atau modified delta, mempunyai per pembuka yang terpasang pada bagian memanjang. Yang direkomendasikan untuk vertical rescue adalah carabiner screw gate.
3.      Mallion rapide
Mallions disebut juga quiklinks atau screwlinks. Ukuran dan bentuk ada beberapa macam (oval,delta dan halfmoon), rate strange mencapai 6000 kg. Mallions diproduksi dari bahan steel dan alloy khusus, cocok untuk berbagai teknik. Delta mallion menguntungkan digunakan beban dari tiga arah, seperti sebagai gantungan tandu.
4.       Descender
Descender adalah alat bantu yang digunakan untuk menuruni medan vertical dan tali sebagai jalur. Adapun jenis descender antara lain :
a.       Figure of eight
b.      Grigri
c.       Autostop
d.      Simple

5.       Ascender.
Ascender adalah alat bantu yang digunakan untuk meniti medan vertical/kemiringan dan tali digunakan sebagai jalur.Sistem kerja alat ini mencengkram pada tali saat terbebani, sehingga dapat menahan beban, dan bergerak saat didorong keatas tanpa terbebani. Kekuatannya terletak pada gerigi yang menahan cengkraman saat kontak dengan tali. Adapun jenis ascender antara lain :
a.       Ascender handle.
b.      Ascender non handle.

6.      Pulley.
Pulley biasa juga di sebut katrol. Alat ini di design untuk menggurangi friksi tali atau pengganti arah kerja tali. Beberapa jenis pulley dibuat khusus untuk pekerjaan di bidang vertical/ketinggian.
7.       Peralatan Tambahan
Peralatan tambahan merupakan peralatan yang digunakan untuk membantu/memudahkan kegiatan Rigging (Lintasan Untuk Vertical Rescue).
a.    Rigger Plate
Rigger plate berfungsi sebagai plat conector/penghubung dari anchor point ke lintasan, karena dalam beberapa kasus dibutuhkan beberapa lintasan dalam satu (1) anchor point fix.
b.    Swivel
Swivel merupakan peralatan tambahan yang berfungsi unuk mencegah terjadinya puntiran pada tali.
8.      Stretcher
Tandu yang digunakan dalam Vertical Rescue
9.      Rope protector.
Kegunaannya memberi perlindungan pada tali dari gesekan benda tajam, seperti gesekan tali dengan sudut tebing, dinding, dll. Beberapa jenis rope protector dibuat untuk penggunaan pada lingkungan/kondisi yang berbeda. Adapun jenis rope protector antara lain :
a.       Padding
b.      Edge Rollers


C.   Teknik Evakuasi Dalam Vertical Rescue
Ada 3 teknik Evakuasi yang dilakukan dalam Vertical Rescue yaitu :

1.      Hauling
Hauling adalah teknik Vertical Rescue Evacuation yang dilakukan dengan cara memindahkan Obyek atau korban dari posisinya ke titik atau tempat yang lebih tinggi. Proses pemindahan ini dilakukan dengan menggunakan System (dikenal dengan nama HAULING SYSTEM) sebagai upaya untuk mengurangi berat obyek/korban saat dilakukan penarikkan ke atas. Obyek/korban dapat dinaikkan dengan atau tanpa menggunakan Stretcher (tandu).

2.      Lowering
Lowering adalah kebalikan dari Hauling. Teknik ini dilakukan dengan cara menurunkan Obyek/Korban ke titik/tempat yang lebih rendah di bawahnya. sama seperti Hauling, dalam teknik Lowering Obyek/korban dapat diturunkan dengan atau tanpa menggunakan Stretcher (tandu).

3.      Suspension
Suspension adalah teknik pemindahan Obyek/Korban dengan cara diseberangkan baik ke titik/tempat yang lebih tinggi, sejajar, maupun lebih rendah dari posisi obyek/korban berada. Teknik ini merupakan alternatif terakhir mengingat penggunaan teknik ini akan memakan waktu cukup lama dan peralatan yang digunakan juga relatif lebih kompleks.

D.    Prnsip Dasar Penggunaan Tandu Dalam Vertical Rescue
Prinsip-prinsip berikut ini harus diamati di semua tandu penyelamatan vertikal operasi:
a.       Pendekatan korban yang harus selalu dilakukan dengan hati-hati, hal ini di satu sisi untuk menghindari berisiko menyebabkan cedera lebih lanjut.
b.      Penyelamatan menggunakan tandu harus dilakukan dengan menggunakan lifting / sistem menurunkan. Penyelamatan dengan metode abseil dari tandu tidak dianjurkan.
c.       Sebisa mungkin, korban harus dilindungi dengan helm dan beberapa bentuk perlindungan mata.
d.      Seorang penyelamat harus mengawal tandu. Orang ini harus dilengkapi sistem pada pendakian rig saat menambatkan tali membentuk bagian dari sistem tali tandu.
e.       Semua komponen dari sistem penyelamatan harus lengkap dengan memperhatikan beban yang harus dipertahankan.

MATERI TEKNIK EVAKUASI KORBAN DI AIR

TEKNIK EVAKUASI KORBAN DI AIR

TUJUAN INSTRUKSIONAL :
• Menjelaskan kemampuan yang harus dimiliki petugas penyelamat.
• Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kegiatan pertolongan di air.
• Menjelaskan bahaya-bahaya di air.
• Menjelaskan metode pertolongan di air.
• Melakukan pertolongan di air.
• Menjelaskan teknik self rescue.
• Melakukan self rescue dengan life jacket dan tanpa life jacket.
• Menjelaskan teknik bertahan dan melepaskan diri saat memberikan pertolongan.
• Dapat melakukan pertolongan dengan carry.
Pertolongan di Air (Water Rescue)
a. Kemampuan yang harus dimiliki seorang rescue adalah :
• Mampu berenang dengan baik
• Pengendalian perahu / boat.
• Teknik pertolongan
• MFR(Medical First Responder)
• Pengetahuan
• Keahlian/ Keterampilan dan pengalaman
• Kondisi fisik sehat
b. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan pertolongan di air adalah :
1. Pertimbangkan kemampuan.
2. Pengetahuan.
3. Keahlian.
4. Kesiapan fisik
5. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan dan pertolongan Rescuer ( mental dan fisik )
METODE PERTOLONGAN DI AIR
Pengertian :
Tahapan atau urutan untuk memudahkan para penolong mengingat apa dan bagaimana ketika menghadapi kecelakaan di air.
• R = Reach (Pertolongan yang dilakukan dari / pinggir kolam / dermaga dengan cara meraih korban karena posisinya dipinggir atau dengan menggunakan alat sepeti galah, kayu, dan lain-lain)
• T = Throw (Lanjutan dari metode reach dimana pertolongan dengan cara melempar alat apung dan penolong berada pada daerah aman)
• R = Row (Pertolongan yang dilakukan jika kedua langkah diatas sudah tidak dapat dilakukan, maka penolong harus mendekat kearah korban dengan menggunakan kapal kecil untuk mendekat ke korban lalu melakukan reach / throw)
• G = Go (Pilihan terakhir yang harus dilakukan karena tidak tersedianya peralatan yang digunakan untuk mendekat dan posisi korban jauh atau tempat yang tidak memungkinkan untuk menggunakan perahu)
• T = Tow / Carry (Paling beresiko tinggi bagi penolong, karena harus langsung kontak dengan korban)
LANGKAH MENGHADAPI KEADAAN DARURAT
1. Waktu, adalah sangat penting dalam keadaan darurat, semakin dini mengenali tanda orang akan tenggelam, semakin besar kesempatan untuk menyelamatkannya.
2. Kenali, Penilaian dan menentukan langkah selanjutnya dengan memperhatikan kondisi sekitar.
3. Tindakan
- Berbicara dengan korban.
- Lakukan reach dan throw kemudian row.
4. Tindak Lanjut
SELF RESCUE
Pengertian :
Usaha mempertahankan diri dengan kemampuan sendiri dan sarana yang ada disekitarnya hingga bantuan datang.
• Self Rescue : Tidak menggunakan life jacket.
• Self Rescue : Dengan menggunakan life jacket.
• Posisi Help : Mengurangi suhu tubuh yang keluar.
• Posisi Hundle : Mengurangi suhu tubuh yang keluar tapi secara berkelompok.
• Kram : Cara mengatasinya.
DEFENDS AND RELEASE
Pengertian :
Defends and release adalah cara bertahan dan melepaskan diri saat melakukan pertolongan yang mana korban langsung kontak (memegang anggota badan penolong). 4 (empat) Teknik Defends yaitu :
• Teknik defends Duck Away.
• Menghalangi dengan kaki (leg block).
• Menghalangi dengan tangan (arm block)
• Elbow lift (mengangkat siku).
Teknik Release terdiri dari 7 (tujuh) cara, yaitu :
• Double Grasp On One Arm 1.
• Double Grasp On Arm
• Front Head Hold 1.
• Rear Head Hold 2.
• Front Head Hold 3.
• Rear Head Hold 1.
• Front Head Hold 2.
TEKNIK PERTOLONGAN DENGAN CARRY
Pengertian :
Carry adalah teknik membawa korban dengan kontak langsung sehingga menambah resiko penolong. Metode ini digunakan, ketika :
• Tidak tersedia kapal atau alat bantu lain untuk mendekat.
• Kapal ada tetapi tidak bisa mengemudikan.
• Metode Reach, Throw, Row tidak bisa dilaksanakan.
• Bila sudah dekat, komunikasi dengan korban.
WATER RESCUE
TUJUAN INSTRUKSIONAL :
• Menjelaskan kemampuan yang harus dimiliki petugas penyelamat.
• Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kegiatan pertolongan di air.
• Menjelaskan bahaya-bahaya di air.
• Menjelaskan metode pertolongan di air.
• Melakukan pertolongan di air.
• Menjelaskan teknik self rescue.
• Melakukan self rescue dengan life jacket dan tanpa life jacket.
• Menjelaskan teknik bertahan dan melepaskan diri saat memberikan pertolongan.
• Dapat melakukan pertolongan dengan carry.
Pertolongan di Air (Water Rescue)
a. Kemampuan yang harus dimiliki seorang rescue adalah :
• Mampu berenang dengan baik
• Pengendalian perahu / boat.
• Teknik pertolongan
• MFR(Medical First Responder)
• Pengetahuan
• Keahlian/ Keterampilan dan pengalaman
• Kondisi fisik sehat
b. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan pertolongan di air adalah :
1. Pertimbangkan kemampuan.
2. Pengetahuan.
3. Keahlian.
4. Kesiapan fisik
5. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan dan pertolongan Rescuer ( mental dan fisik )
METODE PERTOLONGAN DI AIR
Pengertian :
Tahapan atau urutan untuk memudahkan para penolong mengingat apa dan bagaimana ketika menghadapi kecelakaan di air.
• R = Reach (Pertolongan yang dilakukan dari / pinggir kolam / dermaga dengan cara meraih korban karena posisinya dipinggir atau dengan menggunakan alat sepeti galah, kayu, dan lain-lain)
• T = Throw (Lanjutan dari metode reach dimana pertolongan dengan cara melempar alat apung dan penolong berada pada daerah aman)
• R = Row (Pertolongan yang dilakukan jika kedua langkah diatas sudah tidak dapat dilakukan, maka penolong harus mendekat kearah korban dengan menggunakan kapal kecil untuk mendekat ke korban lalu melakukan reach / throw)
• G = Go (Pilihan terakhir yang harus dilakukan karena tidak tersedianya peralatan yang digunakan untuk mendekat dan posisi korban jauh atau tempat yang tidak memungkinkan untuk menggunakan perahu)
• T = Tow / Carry (Paling beresiko tinggi bagi penolong, karena harus langsung kontak dengan korban)
LANGKAH MENGHADAPI KEADAAN DARURAT
1. Waktu, adalah sangat penting dalam keadaan darurat, semakin dini mengenali tanda orang akan tenggelam, semakin besar kesempatan untuk menyelamatkannya.
2. Kenali, Penilaian dan menentukan langkah selanjutnya dengan memperhatikan kondisi sekitar.
3. Tindakan
- Berbicara dengan korban.
- Lakukan reach dan throw kemudian row.
4. Tindak Lanjut
SELF RESCUE
Pengertian :
Usaha mempertahankan diri dengan kemampuan sendiri dan sarana yang ada disekitarnya hingga bantuan datang.
• Self Rescue : Tidak menggunakan life jacket.
• Self Rescue : Dengan menggunakan life jacket.
• Posisi Help : Mengurangi suhu tubuh yang keluar.
• Posisi Hundle : Mengurangi suhu tubuh yang keluar tapi secara berkelompok.
• Kram : Cara mengatasinya.
DEFENDS AND RELEASE
Pengertian :
Defends and release adalah cara bertahan dan melepaskan diri saat melakukan pertolongan yang mana korban langsung kontak (memegang anggota badan penolong). 4 (empat) Teknik Defends yaitu :
• Teknik defends Duck Away.
• Menghalangi dengan kaki (leg block).
• Menghalangi dengan tangan (arm block)
• Elbow lift (mengangkat siku).
Teknik Release terdiri dari 7 (tujuh) cara, yaitu :
• Double Grasp On One Arm 1.
• Double Grasp On Arm
• Front Head Hold 1.
• Rear Head Hold 2.
• Front Head Hold 3.
• Rear Head Hold 1.
• Front Head Hold 2.
TEKNIK PERTOLONGAN DENGAN CARRY
Pengertian :
Carry adalah teknik membawa korban dengan kontak langsung sehingga menambah resiko penolong. Metode ini digunakan, ketika :
• Tidak tersedia kapal atau alat bantu lain untuk mendekat.
• Kapal ada tetapi tidak bisa mengemudikan.
• Metode Reach, Throw, Row tidak bisa dilaksanakan.
• Bila sudah dekat, komunikasi dengan korban

MATERI DASAR RESCUE

MATERI DASAR RESCUE

SEARCH AND RESCUE

Search and rescue (SAR) adalah kegiatan dan usaha mencari, menolong, dan
menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi
bahaya dalam musibah-musibah seperti pelayaran, penerbangan dan bencana . Istilah
SAR telah digunakan secara internasional tak heran jika sudah sangat mendunia sehingga
menjadi tidak asing bagi orang di belahan dunia manapun tidak terkecuali di Indonesia.
Operasi SAR dilaksanakan tidak hanya pada daerah dengan medan berat seperti di
laut, hutan, gurun pasir, tapi juga dilaksanakan di daerah perkotaan. Operasi SAR
seharusnya dilakuan oleh personal yang memiliki ketrampilan dan teknik untuk tidak
membahayakan tim penolongnya sendiri maupun korbannya. Operasi SAR dilaksanakan
terhadap musibah penerbangan seperti pesawat jatuh, mendarat darurat dan lain-lain,
sementara pada musibah pelayaran bila terjadi kapal tenggelam, terbakar, tabrakan,
kandas dan lain-lain. Demikian juga terhadal adanya musibah lainnya seperti kebakaran,
gedung runtuh, kecelakaan kereta api dan lain-lain.
Unsur-unsur SAR
Dalam kegiatan SAR ada 4 unsur yang bisa dijadikan penentu keterampilan yang
dibutuhkan sebagai penunjang suksesnya suatu tim sar dalam melakukan operasinya,
yaitu :



1. Lokasi : kemampuan untuk menentukan lokasi korban. Hal ini memerlukan
pengetahuan menangani data peristiwa, keadaan korban, keadaan medan dan
lainnya.
2. Mencapai : kemampuan untuk mencapai korban. Hal ii memerlukan keterampilan
mendaki gunung, rock climbing, cara hidup di alam bebas, peta, kompas,
membaca jejak, dan lainnya
3. Stabilisasi : kemampuan untuk menentramkan korban dalam hal ini mutlak
diperlukan pengetahuan P3K, gawat darurat dan lainnya.
4. Evakuasi : kemampuan membawa korban. Hal ini memerlukan keterampilan
seperti halnya “Mencapai”.
Tahapan SAR
Ada beberapa tahapan SAR, Yaitu :
1. tahapan keragu-raguan, sadar bahwa keadaan darurat telah terjadi.
2. tahapan kesiapan, melaksanakan segla sesuatunya sebagai tanggapan terhadap
suatu kecelakaan, termasuk juga menadpatkan segala informasi mengenai korban.
3. tahapan perencanaan, pembuatan rencana yang efektif dan segala koordinasi yang
diperlukan
4. tahapan operasi, seluruh unit bertugas hingga misi SAR dinyatakan selesai
5. tahapan laporan, terakhir membuat laporan mengenai misi SAR yang telah
dilaksanakan.
Pencarain pada perasi SAR
Berikut adalah beberapa pola teknis pencarian pada operasi SAR. Hanya sebagain teknik
yang dibahas di sini, yaitu :
1. Track (T)
• Pola ini dipakai jika orang yang dinyatakan hilang dari jalur perjalanan yang
direncanakan akan dilewatinya merupakan satu-satunya informasi yang ada.
• Selalu dianggap bahwa sasaran (korban) masih disekitar atau dekat dengan
garis rute
Pola Track
2. Paralel (P)
• Daerah pencarian cukup luas dan medannya cukup datar
• Hanya mempunyai posisi duga
• Sangat baik untuk daerah pencarian yang berbetuk segi empat.
Pola Paralel
3. Creeping (C)
• Daerah pencarian sempit, panjang dan kondisinya cukup rata serta datar.
• Kalau di pegunungan gunung, regu pencari dengan ola ini kan turun kejurangjurang
atau dataran yang lebih rendah.
Pola Creeping
4. Square (SQ)
• Biasanya digunakan pada daerah yang datar
• Dengan pola ini perhitungan posisi juga harus merupakan kemungkinan yang
tepat
• Pembelokan tidak sembarangan, tetapi dengan perhitungan
C
D
A B
Pola Square
5. Sector (S)
• Lokasi atau posisi diketahui
• Daerah yang disari tidak luas
• Daerah pencarian berbentuk lingkaran
• Rute regu pencarian berbentuk segitiga sama sisi
Pola Sector
6. Contour (CT)
• Digunakan di bukit-bukit.
• Pencarian selalu dimulai dari puncak tertinggi
7. Barrier (B)
• Digunakan dengan hanya menunggu atau mencegat dengan perhitungan yang
pasti bahwa survivor akan lewat dengan melihat keadaaan lingkungan.
• Digunakan jika regu pencari dan penyelamat tidak bisa mendekati tempat
yang terkena musibah
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pola pencarian
Dari sekian banyak pola pencarian, anda harus memilih yang paling tepat. Pemilihan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ;
• Ketepatan posisi survivor
• Luas dan bentuk daerah pencarian
• Jumlah dan jenis unit rescue yang tersedia
• Cuaca di dan ke daerah pencarian
• Jarak basecamp unit rescue ke lokasi musibah
• Kemampuan peralatan bantu navigasi di daerah kejadian
• Ukuran sukar dan mudahnya sasaran yang diketahui
• Keefektifan taktik yang dipilih
• Medan di daerah kejadian
• Dukungan logistik ke daerah pencarian
Taktik pencarian
Taktik pencarian dapat bervariasi, tergantung pada situasi tertentu. Secara umum hal itu
tercakup dalam lima metode pencarian, yaitu :
1. Taktik pendahuluan
Merupakan usaha-usaha untuk mendapatkan informasi awal, mengoordinir reguregu
pencari, membentuk pos pengendali, perencanaan, pencarian awal, dsb
2. Taktik Pembatasan
Menciptakan, membentuk garis lintas (perimeter) untuk mengurung korban dalam
area pencarian
3. Taktik Pendeteksian
Pemeriksaan terhadap tempat potensial dan juga menggunakan pencarian
potensial. Pada area tersebut diperhitungkan, ditemukannya korban ataupun jejak
atau segala sesuatu yang tercecer yang ditinggalkan korban
4. Taktik pelacakan
Melacak jejak atau sesuatu yang ditinggalkan korban, biasanya pelacakan ini
dilakukan dengan anjing pelacak atau orang yang terlatih mencari dan membaca
jejak
5. Taktik evakuasi
Memberikan perawatan dan membawa korban untuk perawatan yang lebih lanjut
jika diperlukan.
 
Free Website templatesfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates